Salah Sebut Gelar Nabi Muhammad, Jari 98 : Maksudnya Agar Prabowo Terkesan Islami, Tapi Allah Buka Kedoknya

JAKARTA – Sejumlah pihak menuding ada yang ingin melabeli Capres No Urut 02 Prabowo Subianto sebagai tokoh dan sekaligus Capres yang Islamis. 

Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa melihat pihak dibelakang layar Prabowo yang menggunakan strategi memaksakan diri tampil Islamis justru membuat blunder. Akhirnya, kata dia, berujung keseleo lidahnya salah mengucapkan gelar Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam.

Bacaan Lainnya

“Allah telah membuka kedok Prabowo didepan jutaan umat Islam dalam reuni 212. Prabowo harus minta maaf ke seluruh umat Islam didunia. Lebih baik diam dan tampil apa adanya, jangan memaksakan diri untuk tampil Islami,” tegas Willy Prakarsa.

Hal itu mengemuka saat diskusi publik bertema “Usai Keseleo Lidah ‘Hulaihi’, Prabowo Cari Penyakit… Mencak-Mencak ke Wartawan” di Omah Kopi 45 Menteng Jakarta Pusat, Minggu (9/12/2018).

Lebih lanjut, Willy juga menyayangkan Prabowo yang akhir-akhir ini makin emosional dan meledak-ledak, terakhir mencak-mencak ke wartawan. Bahkan menyebut wartawan antek penghancur NKRI. Pasalnya, Ketum Gerindra ini kesal lantaran semua media tidak meliput dan menulis reuni 212 yang menurutnya dihadiri 11 juta orang lebih. 

“Prabowo mengulangi kembali kesalahannya dengan memusuhi wartawan. Jangan bungkam media, ini baru Capres sudah musuhi wartawan gimana jadi Presiden,” tambah dia.

Presiden Majelis Dzikir RI 1 Habib Salim Jindan Baharun juga sependapat yang menyarankan Prabowo meminta maaf karena keseleo menyampaikan gelar Nabi Muhammad. 

“Tapi yang disayangkan dan sedih melihat kami mendengar cerita pada saat ini ternyata beliau keseleo dalam menyampaikan SAW. Wajar karena beliau bukan ahli ibadah tapi alangkah wajib nya melakukan minta maaf,” kata Habib Salim.

“Kemarin sudah keseleo karena kasus Ratna. Ini sama kasus nya belum tabayyun tiba-tiba sudah marah-marah. Allah telah memperlihatkan kembali,” tambah Habib Salim lagi.

Habib Salim juga merasa sedih dengan sikap Prabowo yang kesal ke wartawan. Katanya, sikap Prabowo tidak mencerminkan calon pemimpin besar. 

“Kita harus memberikan contoh yang baik kepada masyarakat apa lagi calon pemimpin. Agama bisa menghiasi jika kita bisa memberikan contoh yang benar,” ujar Habib Salim.

Hal senada juga dilontarkan Pengamat Politik IPI Karyono Wibowo yang mempersoalkan adanya upaya sistematis menggunakan agama sebagai komoditas politik seperti yang terjadi Pilpres 2019.

“Yang patut di persoalkan adalah adanya upaya yang terstruktur ada pihak yang mengunakan SARA sebagai komoditas politik. Sekali lagi saya juga ingatkan agar Prabowo untuk tidak memaksakan diri tampil Islami, jadinya keseleo lidah,” kata Karyono.

Karyono juga mengecam pernyataan Prabowo yang mendeskriditkan wartawan. Menurutnya, ocehan Prabowo bisa dipahami sebagai ancaman kebebasan pers. Pernyataan Prabowo sangat tendensius dan penghinaan bagi wartawan.

“Jika mengingat Pernyataan Prabowo yang sering menyerang pers maka saya khawatir jika Indonesia dipimpin orang seperti Prabowo bisa melahirkan kebijakan pembredelan pers seperti di zaman orde baru dibawah kepemimpinan Soeharto yang notabene adalah mantan mertua Prabowo,” cetusnya.

Dalam kesempatan yang sama, timses Jokowi KH Maruf Amin Razman Nasution berharap kondisi demokrasi yang sudah diraih dengan susah payah akan dikembalikan ke zaman orde baru. Katanya, dampaknya bisa signifikan terhadap wartawan.

“Tanpa Orba tumbang kita tidak mendapat kebebasan seperti sekarang ini. Jika ada upaya untuk membawa era ini kembali ke era orba maka ini adalah kekeliruan. Jangan bangkitkan lagi orba,” sambung Razman.

“Kita tidak bisa hidup ke zaman orba dan harus kita tentang. Jangan ada lagi orba jilid II dinegeri ini,” pungkasnya.

Dalam kegiatan tersebut, turut hadir juga narasumber lainnya diantaranya adalah mantan Ketua AJI Dhea Prakasa Yudha, dan Dai kondang KH. Abu Hanifah.

 

Pos terkait