JAKARTA – Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) mempertanyakan kepulangan Habib Rezieq yang diembel-embili dengan revolusi akhlak.
“Kepulangan HRS ke tanah air katanya mau lakukan revolusi akhlak ? Apa iya ?,” ungkap Sekjen JARI 98 Arwandi, hari ini.
Lebih lanjut, Arwandi menyebutkan kegagalan revolusi akhlak yang layu sebelum berkembang dan menjadi cibiran netizen sehingga viral dimedia sosial. Seperti dampak yang kurang enak dipandang kasat mata penampakan di Bandara Soekarno Hatta (Soetta).
“Ada yang bilang ganggu kamtibmas mulai jalan macet, fasilitas rusak, jadwal penerbangan terganggu, parkir seenaknya di Tol menuju Bandara. Ya pantesan aja jadi bahan kritikan Denny Siregar, Abu Janda dan Dewi Tanjung. Apalagi Nikita Mirzani yang menyebut tukang obat,” bebernya lagi.
Kendati demikian, ia tetap ta’ziem dan mahabbah kepada Habaib. Dia lebih menyarankan agar revolusi akhlak tersebut meniru Habib Luthfi, Abuya Muchtadi dan para ulama-ulama yang menyejukkan.
“Saya sepakat dengan revolusi akhlak tapi cobalah datangin pengelola Bandara Soetta untuk minta maaf atas kerusakan fasilitas disana. Karena itu adalah bentuk Haqqul Adami (pertanggung jawaban urusan anak Adam). Jangan sampai ada tuntutan di akhirat,” tuturnya.
Bagi Arwandi, pemerintah sepertinya tidak mempersulit proses mudik pulang kampung HRS dan justru menghargainya. Bahkan tanpa perlu mempersulitnya mengikuti protokol kesehatan dimasa pandemi Covid-19 ini.
“Faktanya demikian, beliau tidak di paksa karantina dulu 14 hari di Wisma Atlet,” katanya lagi.
Dari sisi lain, JARI 98 lebih mengacungi jempol aktivis senior Eggi Sudjana yang lebih memberikan edukasi dan penyuluhan hukum. Meski Eggi adalah kritikus sejati namun selalu memberi penyemangat untuk kemajuan bangsa.
“Sesuai hadist :”Al Ilmu Bila Amalin Katsajarin bila Tsamarin. Artinya Ilmu tanpa di amalkan bagaikan pohon yang tidak berbuah”. Kita satukan hati dan selaraskan Iman, dan mengharapkan ridho dari Nya. Sehat selalu buat Bang Eggi Sudjana bersama keluarga,” ucapnya.
Lebih jauh, Arwandi juga angkat suara perihal pengajuan syarat Habib Rizieq Shihab jika akan ada rekonsiliasi dengan pemerintahan Joko Widodo (Jokowi). Syarat tersebut adalah agar membebaskan sejumlah ulama dan aktivis yang dilakukan penahanan, seperti Abu Bakar Baasyir, Sugi Nur, Syahganda Nainggolan, Jumhur Hidayat hingga Habib Bahar bin Smith.
“Celoteh yang tidak mendasar memposisikan dirinya seolah HRS adalah Presiden, Kepala Negara dan juga Kepala Pemerintahan,” tandasnya.