JAKARTA – Tokoh Agama Jawa Timur Drs. H. Moh. Rosyad, Msi menjelasjan Indonesia memiliki Hari Santri Nasional yang diperingati setiap 22 Oktober, dan tanggal ini merujuk pada terbitnya Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945.
Menurut Rosyad, resolusi ini menyulut semangat juang para santri dan masyarakat untuk melawan tentara sekutu Belanda dan Inggris (NICA). Presiden Joko Widodo telah mengakomodir tentang penetapan hari Santri dan itu harus di apresiasi.
”Jihad para santri masa kini semakin berat, selain kemampuan ilmu keislaman, santri juga diharapkan memiliki keluasan cakrawala dalam beragam perspektif keilmuan umum,” ujar Rosyad, 28 Oktober 2021.
“Tantangan santri saat ini jauh lebih kompleks dan akan bergelut dengan isu-isu sosial kemasyarakatan, lingkungan, politik, ekonomi, dan kebangsaan yang lebih rumit dibanding dengan masa lalu, termasuk tantangan revolusi industri 4.0,” ungkapnya lagi dalam diskusi Hari Santri Nasional.
Dikatakannya, santri abad ke-21 harus memiliki keterampilan literasi digital (digital literacy), di samping literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, serta literasi budaya dan kewargaan.
Revolusi digital, masih kata dia, diperkirakan akan menghilangkan 800 juta lapangan kerja di seluruh dunia, yang diestimasi terjadi sampai tahun 2030 karena digantikan oleh mesin. Kondisi saat ini memaksa semua pihak untuk melakukan akselerasi pemahaman dan penguasaan terhadap teknologi, tidak terkecuali para santri.
”Revolusi industri 4.0 selaras dengan Program Nawacita Presiden Joko Widodo yang ke-6 yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional. Sehingga bangsa Indonesia bisa maju serta bangkit bersama bangsa-bangsa Asia lainnya dan program Nawacita ini harus didukung,” pungkasnya.