Jakarta – Paskibraka 2023 berkesempatan berbagi pengalaman dalam acara Bincang Media Pasukan Pengibar Bendera Pustaka (Paskibraka) di Lantai 24 Perpustakaan Nasional RI pada Minggu (30/07/2023). Acara ini selenggarakan oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
Passya Fredrick Sahupala, siswa kelas 11 asal Kabupaten Alor, Nusa Tenggara Timur akan menjadi Pasukan Paskibraka. Ia hadir bersama Paskalia Aprilia Kubiari dari Papua Barat, Kachina Ozora dari Kalimantan Tengah, Nessya Ayudhia Alwanni dari Yogjakarat, Kelvin Ramahenda dari Riau, dan Achmad Rasya Alfarizki dari Maluku.
Mereka menceritakan pengalaman mereka terlibat di kegiatan Pasikbra sampai akhirnya terpilih menjadi Paskibraka tahun 2023. Passya sendiri mengaku bahwa dirinya sendiri memang memiliki ketertarikan dengan paskibra.
“Impian dari kecil, badannya keren-keren,” ujarnya.
Pada awalnya ia sendiri mendapat rekomendasi dari sekolah karena postur tubuhnya yang tinggi, ia tidak menyangka dapat lolos sampai ke tingkat nasional. Passya mengikuti tes seleksi provinsi pada 5 Mei 2023, begitu lolos ia mengikuti seleksi nasional pada 22 Mei 2023.
“Tes samapta, tes intelijensia umum, tes wawasan kebangsaan dan tes parade, malamnya dinyatakan lolos,” ucapnya.
Setelah dinyatakan lulus ia terus mempersiapkan diri.
“Saya menjaga diri, menyiapkan fisik dan terus belajar,” tuturnya.
Pada 15 Juli 2023, anggota Paskibraka yang lolos seleksi nasional dikirim ke Jakarta.
“Kami mengikuti pendidikan bersama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas),” ucapnya.
Terkait persiapan upacara perisapan bendera 17 Agustus, anggota Paskibraka berlatih bersama satuan garnisun Jakarta.
Paskibraka terpilih diharapkan memiliki peran dalam masyarakat lebih dari sekedar pengibaran bendera pada HUT Kemerdekaan. Rima Agristina, Deputi Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP, menyebut bahwa Paskibraka berpotensi menjadi duta Pancasila. “tidak semua bisa jadi duta, kecuali jika mengikuti tahapan dengan baik,” ungkapnya.
Rima menjelaskan bahwa hal tersebut dapat dicapai melalui pengembangan kapasitas para paskibraka ini. Dalam melakukan pendidikan, BPIP menggunakan metode desa Bahagia untuk mendekatkan para pelajar ini dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, ia menyebut bahwa pola pembinaan Paskibraka ini bebas kekerasan fisik dan mental.
“BPIP sudah monitor, kekerasan tidak ada,” ucapnya.