Jakarta – Dosen Universitas Kalbis, Surya Muhammad Nur mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak perlu mengkhawatirkan munculnya Partai Komunis Indonesia (PKI), hal ini lantaran partai tersebut tidak akan pernah muncul lagi di Indonesia.
Hanya saja ia memberikan catatan bahwa yang perlu mendapatkan kewaspadaan dari bangsa Indonesia adalah laten komunismenya, yang disebutnya tidak akan pernah bisa mati sampai kapanpun.
“Bukan soal partai komunisnya, yang dipersoalkan itu komunisnya, apakah dia hantu atau bukan ya dia hantu karena hantu kan tidak terlihat,” kata Surya dalam sebuah diskusi “Peran Mahasiswa dam Pemuda Menjaga Keutuhan NKRI dalam Bingkai Bhinneka Tunggal Ika” di Rawamangun, Jakarta Timur, Rabu (20/9/2017).
Ia juga mengibaratkan dengan ideologi Khilafah yang dibawa oleh ormas Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Walaupun organisasinya tersebut sudah resmi dibubarkan oleh Pemerintah Indonesia melalui Perppu Ormas, namun ideologi yang sudah kadung didoktrinkan tidak akan pernah hilang.
“Misal seperti HTI, walaupun sudah dibubarkan tapi pemahamannya akan tetap ada,” terangnya.
Sebagai salah satu kader HMI, Surya menyatakan bahwa organisasinya itu adalah sebuah organ kemahasiswaan yang berlandaskan keislaman yang ke Indonesiaan. Maka sudah sewajibnya sebagai kader HMI, harus menjaga ideologi bangsa Indonesia yakni Pancasila.
Dan jika ada ideologi baru yang mencoba masuk dan kader HMI di seluruh Indonesia diam saja, maka Surya pun menegaskan bahwa kader HMI semacam itu harus dipertanyakan ke-HMI-annya.
“Ketika ada yg ganggu-ganggu ideologi bangsa dan HMI diam saja, maka kita harus pertanyakan itu,” tegas Surya.
Kemudian Surya juga mengingatkan kepada seluruh kader HMI termasuk Badan Koordinasi HMI Jabodetabeka-Banten, agar memahami dan menjalankan peran mereka sebagai Mahasiswa sekaligus sebagai kader HMI.
Salah satu langkahnya adalah dengan memperkuat literasi dan wawasan tentang Indonesia itu sendiri.
“Sebagai kontrol sosial, kader HMI harus memperkuat wawasan kebangsaan. Kalau ada kader HMI yang tidak tahu Pancasila, maka harus dipertanyakan HMI-nya,” tandasnya.
Selain itu, Surya juga menekankan bahwa sebagai generasi bangsa Indonesia, kader HMI pun memiliki fungsi dua sisi, dimana bisa menjadi pihak penekan maupun sebagai pihak pendukung.
“Meningkatkan partisipasi dalam mengawal kebijakan publik, baik Pemda maupun Pemerintah Pusat. Kita ini sebagai kelompok penekan sekaligus kelompok pendukung. Kalau ada kebijakan yang tidak sesuai, maka kita harus tekan,” tegasnya.