Jakarta – Moment Bulan Suci Ramadhan menjadi kesempatan istimewah bagi Umat Muslim untuk membina kebersamaan dan membina iman umat. Karena itu, Gerakan Muda Muslim Indonesia (GMMI) menggelar peringatan Nuzulul Quran bertajuk “Bentengi Umat dari Paham Radikal dan Jadikan Masjid sebagai Tempat Pemersatu Bukan Pemecah Belah” di Masjid Al-Hidayah, Jakarta Timur, Minggu (03/06/2018).
Maraknya radikalisme menuntut tokoh umat yang memahami ajaran Islam yang benar memberikan pemahaman yang benar tentang ajaran Islam. Sehingga pembinaan iman umat itu tanggung jawab bersama baik secara pribadi maupun kelembagaan. Apalagi di tengah merebaknya paham radikalisme di Indonesia.
Ustadz Ariyadi mengakui momentum pilkada serentak 2018 ini dimanfaatkan oleh kalangan elit dan parpol untuk memperkuat “kuda-kuda” guna menyambut tahun politik 2019 yang lebih panas. Sehingga dia mengingatkan agar masyarakat untuk tidak ikut-ikutan terbawa suasana panas tersebut hanya gara-gara perbedaan pilihan politik.
“2019 ini kan mau ada pemilihan presiden, yang mau gerakan ganti presiden silahkan, mau yang lanjutkan dua periode juga silahkan, jangan sampai karena berbeda pembangunan masjid ini tidak dilanjutkan,” terang dia.
Selain itu, dia mengecam jika ada sesama muslim saling mengkafirkan satu sama lain. “Janganlah kita meributkan hal-hal kecil, saling mengkafirkan antar umat Islam, marilah kita saling berlomba dalam menyebarkan kebaikan,” ujarnya.
Hal senada juga dilontarkan Ustadz Khusnul Muhtadi agar bisa menjaga lisan dari menyampaikan ujaran kebencian.
“Imam Al-Ghazali mengajarkan kepada kita, cara bersyukur yang pertama adalah syukur bil lisan, yakni dengan menghindari untuk berkata kotor, memfitnah, serta mencaci maki antar sesama muslim,” ujar Muhtadi.
Dia juga menyampaikan, ujaran kebencian antar sesama ini dapat berdampak buruk bagi keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat.
“Kita saksikan, gara-gara lisan yang saling mengejek, saling menghina bisa memicu adanya tawuran antar kampung,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua GMMI Yudha Pratama menyerukan agar seluruh tempat ibadah termasuk Masjid tidak menjadi tempat untuk berkampanye demi kepentingan politik praktis. Hal itu guna menghindari oknum elit politik yang ingin menungganginya. Sehingga tak jarang, isi ceramahnya pun mengandung unsur kebencian.
“Misi kita adalah menebar kebaikan di dalam masjid, menghadirkan penceramah-penceramah yang sejuk, yang mempersatukan bukan memecah belah,” kata Yudha.
Oleh karenanya, Yudha mengajak agar para pengurus masjid untuk selektif dalam memilih para penceramah. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengantisipasi penyebaran konten ceramah yang memecah belah.
“Kami berharap agar para pengurus DKM bisa memilih para penceramah yang dapat menyatukan bukan yang menyampaikan doktrin kekerasan,” pungkasnya.