Jakarta – Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) Willy Prakarsa menghimbau kepada kontestan Pilpres 2019 tidak menghalalkan segala cara untuk meraih kemenangan.
“Kami sangat menyayangkan jika kampanye yang dilakukan di Pilpres 2019 ada yang menghalalkan segala cara untuk mencapai kemenangan. Ini tidak benar,” tegas Willy saat diskusi dan konsolidasi bertema “Indonesia Darurat Hoaks” di Omah Kopi 45 Gedung Joeang 45, Menteng Jakpus, Senin (15/10/2018).
Lebih lanjut, dia mengkritik keras tim juru kampanye nasional salah satu Capres yang pola pikirnya monoton dan program kerja jangka panjangnya tidak ada. Sehingga, kata dia, mereka hanya memiliki visi misi dan program kerja nyinyir.
“Jangan-jangan visinya nyinyir, misinya nyinyir dan program kerjanya juga nyinyir. Apakah Jurkamnasnya diisi oleh orang yang suka menyinyir saja? Atau tidak sanggup menyewa konsultan politik,” kata dia.
Willy juga menyebut Indonesia saat ini sedang darurat hoaks, segala informasi yang beredar justru tidak ada nilai-nilai kebenarannya. Maka itu, ia meminta publik untuk lebih cerdas dalam memilih berita.
“Para pengguna medsos sebaiknya dicernah lebih dulu, diteliti sebelum menyebarkan berita. Karena bahaya hoaks bisa memecah belah persatuan karena isinya provokatif,” terang dia.
Dia pun mendukung Polri untuk memberantas, tangkap dan tahan pembuat serta penyebar hoaks. Willy memastikan dibalik drama kebohongan Ratna Sarumpaet ada skenario yang sudah disusun dengan baik.
“Kami yakin tidaklah mungkin tak ada aktor intelektualnya. Kami minta Prabowo, Amien Rais serta Fahri Hamzah dan Fadli Zon serta semua sekutunya bertanggung jawab atas apa yang mereka sebarkan,” jelasnya.
Ditempat yang sama, Wasekjen Jari 98 Tirtayasa memastikan hoaks sengaja diciptakan untuk membuat negeri ini.
“Ini memang di ciptakan untuk membuat gaduh negeri ini dan sudah dipersiapkan ketika terjadi Pileg dan Pilpres 2019,” ucapnya.
Tirta mengungkapkan bahwa Jari 98 harus berani menyuarakan kebenaran dan berada di garis paling depan untuk mencari solusi kegaduhan dinegeri ini.
“Demokrasi yang sudah kita raih dengan susah payah harus dijaga dengan baik, bukan malah saling hujat dan hina. Kita harus rawat dengan baik,” tambah Tirta.
Sementara itu, Sekjen Jari 98 Ferry Supriyadi menyebutkan pertarungan 2019 yang kembali terulang ini adalah pertarungan antara kelompok Cendana dengan kelompok reformasi. Kata dia, laga ini diawali dari Amien Rais.
“Ini sudah terjawab, dimana Amien Rais berada. Ini beban sejarah harus bisa diluruskan. Dulu kita tidak bicara reformasi tetapi revolusi, Amien Rais adalah pengkhianat gerakan mahasiswa 98. Dia pelacur gerakan,” pungkasnya.