Jakarta – Presiden Joko Widodo cerdas dan tepat menjadikan Listyo Sigit Prabowo sebagai Kabareskrim.
Terbukti dengan banyaknya prestasi dan gebrakan – gebrakan yang dilakukan Listyo Sigit Prabowo (Kabareskrim) beserta jajarannya di tengah pandemi Covid -19.
Tangan dinginnya (Listyo Sigit Prabowo) berhasil mengungkap berbagai kasus narkoba jaringan internasional, diantaranya kasus 821 kilogram sabu dari WNA, dan teranyar 159 KG sabu asal China dan menangkap lima pelakunya.
Begitu dikatakan Ketua Presidium Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (Jari) 98, Willy Prakarsa, memberikan apresiasi atas kinerja Kabareskrim beserta jajarannya.
Willy menilai, Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo berhasil menjadi pemimpin di Bareskrim Polri, lantaran banyaknya kasus kejahatan yang terungkap.
Tidak hanya di dua kasus itu, kasus-kasus besar lain salah satunya kasus penyiraman air keras Novel Baswedan, Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Banyak prestasi dan keberhasilan dilakukan Bareskrim Polri di bawah kepemimpinan Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo. Ini beriringan dengan kerja-kerja pemerintah,” ujar Willy
Willy juga mengatakan, sosok Listyo Sigit Prabowo sangat dekat dengan para alim ulama, santri dan pemuka agama lainnya.
“Bahkan tak sedikit ulama yang menganggap Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo sebagai anak. Publik puas dengan pilihan Jokowi menempatkan Komjen Pol Listyo Sigit Pranowo sebagai Kabareskrim,” beber pendukung Jokowi ini.
Bareskrim Sita 159 KG Sabu – Sabu Asal China Dan Tangkap 5 Tersangka
Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri bersama Ditjen Bea dan Cukai berhasil menyita barang bukti narkoba jenis sabu-sabu seberat 159 kilogram asal China dan menangkap lima tersangka. Para tersangka tersebut berperan sebagai kurir ataupun transporter.
Kabareskrim Polri Komjen Pol Listyo Sigit Prabowo di Jakarta, Kamis mengatakan awalnya penyidik mendapatkan informasi bahwa akan ada pengiriman paket sabu. Informasi tersebut kemudian diselidiki.
Pada 27 Mei 2020, penyidik menangkap seorang perempuan berinisial ES di sebuah gudang bekas bengkel las di Jalan Ujung Harapan, Kampung Pulo Asem, RT 009 RW 006, Kelurahan Babelan Kota, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
“Kami dapatkan pelaku yakni inisial ES yang saat itu sedang serah terima barang narkoba di sebuah bengkel,” kata Komjen Sigit di Kantor Bareskrim Polri. Dari tangan ES, ditemukan paket sabu seberat 35 kg.
Dari hasil penyidikan, diketahui bahwa ada barang yang diturunkan di Pekanbaru, Riau.
Selanjutnya pada 18 Juni, tim menangkap tersangka SD di Kota Pekanbaru, Riau dengan barang bukti 5 kg sabu-sabu, 3.000 butir ekstasi dan 300 butir H5/ erimin 5.
“Kami juga dapat info mereka (pelaku) berhubungan dengan Mr X domisili di Malaysia. Dan Mr X ini berhubungan dengan A di dalam lapas,” ujar Sigit.
Kemudian penyidik memperoleh informasi bahwa akan ada pengiriman narkotika secara ship to ship.
Pada 21 Juni, tim Operasi Halilintar berpatroli di perairan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Aceh dan mencegat kapal motor berbendera Indonesia yang belakangan diketahui mengangkut 119 kg sabu-sabu.
Di kapal tersebut, ada tiga pelaku yakni US, SY dan IR yang perannya sebagai transporter.
Dari hasil pemeriksaan para tersangka, diketahui bahwa paket sabu mereka dapatkan dari seorang WN Malaysia di perairan Batu Putih Malaysia dengan cara ship to ship.
“Yang bersangkutan bertransaksi ship to ship di perairan Malaysia, lalu dibawa masuk ke perairan Aceh,” kata mantan Kadiv Propam Polri ini.
Total barang bukti narkotika yang disita tim Operasi Halilintar adalah 159 kg sabu-sabu, 3.000 butir ekstasi dan 300 butir H-5.
Sementara sejumlah barang bukti yang disita dari jaringan ini yakni satu timbangan besar, sembilan ponsel, uang Rp1,6 juta, satu unit kapal motor dan satu telepon satelit.
Dalam kasus ini sabu diduga didatangkan dari Malaysia melalui jalur laut dan mendarat di perairan Aceh. Selanjutnya dikirim menggunakan truk ke Sumatera, khususnya Pekanbaru dan ke wilayah Jabodetabek.
Pengiriman menggunakan truk sengaja disamarkan dengan bahan pokok untuk mengelabui jika ada pemeriksaan petugas.
“Ini jaringan Golden Triangle, jaringan Cina masuk ke Thailand – Malaysia – Indonesia sehingga kemasannya beda. Metodenya (pengiriman) ship to ship,” ujar jenderal bintang tiga ini.