Jakarta – Ketua Presidium JARI 98, Willy Prakarsa menilai tensi politik menjelang pemilu 2024 sedang memanas. Menurutnya, virus politik lebih berbahaya dari virus corona
Sebab, diyakini Willy bahwa virus-virus politik ini tentu berkaitan dengan langusng kemanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas), ujian dan tantangan dan ke depan memang sangat riskan.
“Dan itu smua kembali kepada sinergisitas TNI dan Polri harus lebih bekerja sama yang baik termasuk melibatkan BIN, Kejaksaan, Kepolisian dan TNI itu sendiri,” kata Willy dalam Podcast Koma Indonesia berjudul ‘Virus Politik Lebih Ganas dari Virus Corona, Rabu (9/8/2023).
“Kenapa saya sebut sangat riskan, bukan hanya kita lihat dari pilpres, pileg, juga ada pilkada serentak, artinya langkah-langkah preventif, pencegahan, itu perlu dimaksimalkan khussnya dari kepolisian sebagai pengemban amanat serta pelaksana UU Polri Nomor 2 Tahun 2022,” sambung Willy lagi.
Artinya, bagi Willy bahwa kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam negeri adalah tupoksi dari Polri itu sendiri. Bagaimana Polri dengan humanisme ini, menurutnya, sudah jauh lebih baik dari sebelumnya, semakin dicintai oleh masyarakat.
“Saya optimis keberlangsungan pesta demokrasi akan berjlan aman, nyaman dan damai. Yang namanya virus itu merusak sendi-sendi, virus bisa kita rasakan tapi tidak bisa kita lihat,” ujarnya.
Di sisi lain, Willy juga menegaskan bahwa dalam pesta demokrasi ini jangan didik rakyat dengan uang karena dengan uang, para calon tentu akan melakukan aksi balas dendam agar ongkos politik sebelumnya dapat kembali.
“Kalau ini sudah terhadi ini jauh berbahaya dan lebih parah dari pada virus corona. Kalau yang seperti ini bukan hanya di isolasi, dia hanyak merusak sendi-sendi lain dan menular artinya tanpa gagasan, visi misi yang jelas hanya bermodalkan uang ini akan timbul benih-benih baru koruptor,” ujarnya lagi.
“Kalau yang saya liat dari teman-teman kepolisian, Gakkumdu ya, sudah lakukan langkah-langkah prevestif dan tadi saya katakan Polri sudah jauh lebih baik dengan humanisme, ikatan emosional dengan masyarakat, sering membantu masyarakat apalagi ada Polisi RW,” jelas Willy.
Ditegaskan Willy, langkah-langkah preventif tersebut patut beri apresiasi hargai untuk menekan gangguan-ganguan situasi kamtibmas ketika pesta demokrasi ini berlangsung.
“Terjadinya pergolakan-pergolakan itu sudah pasti di tengah situasi tensi politik yang memanas. Tugas kita adalah edukasi jangan sampai masyarakat terjebak khususnya buat masyarakat yang belum paham politik,”ujarnya.
“Kita boleh beda pendapat dan itu bagian dari dinamika politik itu pun yang harus kita hargai perbedaan bukan semakin mempertajam situasi pesta demokrasi,” tukasnya.