Jakarta – Pada Rabu sore, Kapolri Jenderal Tito Karnavian bersilaturahmi ke kantor PBNU di Jakarta Pusat. Dalam kunjungannya, Tito ditemui oleh Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj dan 14 perwakilan ormas Islam lainnya.
Menurut Said, setelah silaturahmi tersebut, persoalan pernyataan Kapolri sudah dianggap selesai.
“Pernyataan Kapolri yang ada di video viral itu sudah selesai. Tidak ada lagi ada kelanjutan. Sudah tidak diperlukan lagi tabayun. Sudah selesai disini. Kalau yang ingin mengembangkan itu, berarti ada tujuan kurang baik,” ujar Said.
Dikatakannya, Tito juga sudah mengklarifikasi terkait videonya yang viral tersebut. Dalam video tersebut, Tito sebenarnya berpidato selama 26 menit. Namun, ada pihak yang memotongnya sehingga ada yang tersinggung pernyataan Tito.
Ketua MUI KH Ma’ruf Amin mengatakan pernyataan Kapolri yang menyebut selain NU dan Muhammadiyah ingin merontokkan NKRI disampaikan dalam kondisi yang sangat situasional dan kontekstual.
“Jadi yang dimaksud oleh Kapolri, setelah saya ingat-ingat, ternyata konteksnya itu dalam rangka menghadapi radikalisme, isu-isu khilafah dan juga peran nasional yang pada waktu itu agak kencang tahun lalu,” jelasnya.
Pada awal 2017, kata Kyai Ma’ruf, isu radikalisme memang sedang kencang-kencangnya. Saat itu Kapolri yang merasa benar-benar keras dan tegas melawan kelompok-kelompok radikal adalah NU dan Muhammadiyah. Dua ormas Islam itu dirasa konsisten terus membela Pancasila dan negara.
Namun demikian, Kyai Ma’ruf melanjutkan Kapolri tidak bermaksud menampikkan ormas-ormas lain dalam pernyataan yang disampaikan pada pertemuan ulama di Pesantren Tanara, Banten milik Ma’ruf.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Syarikat Islam (SI) Hamdan Zoelva menyatakan pihaknya sudah mengklarifikasi langsung pernyataan Kapolri. Hamdan mengakui pada awalnya, SI memprotes keras pidato tersebut. Akan tetapi, setelah mendapatkan penjelasan dari Kapolri, Hamdan memahami tidak ada niatan Kapolri untuk mengesampingkan ormas-ormas Islam yang lain.
“Kapolri tidak ada niatan itu. Kapolri tidak menganggap ormas-ormas selain NU dan Muhammadiyah itu ingin merontokkan negara. Sama sekali Pak Kapolri tidak bermaksud seperti itu,” ujar mantan Ketua MK.
Sementara itu, Ketua Lembaga Dakwah Khusus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta Moh Naufal Dunggio menilai ada segelintir pihak meresponnya dengan nada fals bin sumbang. Kata dia, ada yang mengatakan bahwa Kapolri anti Islam, Phobia dengan Islam, pemecah belah umat Islam, dll.
“Ane sendiri ikut terbawa dengan suasana emosi seperti itu bahkan ikut mengecam beliau tapi setelah merenung dengan pikiran yang jernih dan hati yang bersih timbul pertanyaan berikut: Apa benar Bang Tito yang menjadi Kapolri saat ini yang dituduhkan orang saat ini… ?,” ungkap Naufal.
Lebih lanjut, Sekertaris Komite Dakwah Khusus MUI Pusat itu mengaku tidak percaya jika Tito anti dan phobia Islam yang notabene figur yang Islami taat pada agamanya dan keluarga pejuang NKRI.
Mantan SekjenLaskar Front Hizbullah menceritakan kisahnya dengan Tito menjabat Kasat UM telah menangkap rekan-rekannya yang merusak tempat perjudian dan prostitusi di daerah Slipi Jakarta Baratm
“Anak buah yang melakukan pimpinan juga diangkut ke Polda. Kami dimasukin diruangan beliau dan diajak dialog. Sempat terjadi adu argumentasi yang sengit karena kami merasa melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan polisi menghambatnya. Ane teringat persis kata-kata beliau bahwa di Al-Quran tidak ada satu ayat pun yg menganjurkan bahkan memerintahkan menegakkan hukum dengan melanggar hukum. Kalau ada beritahu saya, kata beliau,” beber nya.
Masih kata Nouval, dalam dialog tersebut dirinya sebagai Laskar FRONT Hizbullah mengaku mengagumi pemahamannya tentang ilmu Islam yang kaya akan bacaan tentang buku-buku keislaman yang dalam. Disitu pertama kali dirinya mengenal sosok bernama Tito Karnavian yang sekarang menjadi Kapolri.
Di kesempatan lain, lanjut dia, di tahun 2004 akhir Desember saat musim haji. Dari sekian jutaan manusia yang pergi haji pihaknya sempat bertemu saat melakukan Sa’i. Tito pertama menyapa dan langsung berdiri di hadapannya dan mereka langsung berpelukan.
“Gak mungkin orang yang anti Islam mau melaksanakan ibadah haji ke tanah suci Mekah dan bisa ketemu dengan sahabat-sahabatnya di sekian juta manusia. Kalau bukan rahmat Allah gak mungkin bisa ketemu. Rahmat Allah tidak akan turun kepada orang yang anti Islam,” sambungnya.
Selanjutnya, saat menjabat Kapolda Metro Jaya, ada pakar kepolisian mengatakan bahwa kalau Tito Karnavian jadi Kapolda maka habis FPI dibabatnya karena Tito merupakan mantan Komandan Densus 88. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, saat menjadi Kapolda Metro justru bersilaturrahim ke Markas Habib Rizieq Shihab di Petamburan dan berpidato disana bahwa FPI bukan organisasi anti Pancasila.
“FPI adalah organisasi pecinta NKRI. Dengan pidato itu para pembenci FPI dan ingin membubarkan FPI pada gigit jari karena tidak sesuai dengan mereka harapkan. Kalau benar Bang Tito anti Islam maka kemarin-kemarin FPI sudah dibredel sama beliau,” jelasnya.
Selain itu, tambah Nouval, disaat Tito menjadi Kapolri dirinya kembali bertemu dan berbincang sambil makan nasi kabuli di MUI Pusat. Dia pun mempertanyakan kepada Tito yang kerap dituding anti Islam.
“Beliau menjawab, bro mana mungkin saya anti Islam dan membenci umat Islam. Kalau ente membuka baju saya dan membelah dada saya maka akan sama isinya dengan ente orang. Saya gak mau ngomong banyak tentang Islam sebab nanti diplintir orang. Sehingga terkesan saya anti Islam,” bebernya.
Oleh karenanya, kata Nouval, dari beberapa kejadian pertemuan dan dialog dengan Tito dan terakhir di Tanwir Muhammadiyah di kota Ambon tidak ada terkesan Tito anti dan phobia kepada Islam.
Dia pun mengingatkan kepada kaum muslimin untuk berhati-hati karena ada grand desain di Republik ini yang ingin memisahkan umat Islam yang menjadi kekuatan utama pertahanan rakyat dengan TNI/POLRI.
“Dalam hal ini mereka mulai sukses menggarap umat Islam dibenturkan dengan Polri. Coba diperhatikan hampir setiap bulan ada aja pernyataan Kapolri yang selalu dibenturkan dengan Umat Islam sehingga membuat Umat Islam menjadi marah, benci dan muak kepada Polri yang sering disebut dengan ‘Wereng Coklat’. Hal ini jangan kita biarkan untuk keutuhan NKRI. Kita harus berhusnudzon kepada Kapolri bahwa tidak mungkin beliau mau menghianati saudaranya seaqidah dengannya karena resikonya sangat besar. Itu bisa terasa di dunia dan akhirat. Mari kita jaga NKRI ini bersama TNI/POLRI agar tetap utuh dan solid. Hilangkan prasangka buruk dalam diri kita agar bisa menatap hari esok yang penuh dengan rahmat, magfirah dan naungan dari Allah SWT. Jangan mau kita diadu domba oleh manusia-manusia DAJJAL. Sukses dan jaya negeri kita ada ditangan kaum muslimin dan back up totalitas oleh TNI/POLRI. BRAVO NKRI, BRAVO POLRI/TNI, BRAVO UMAT ISLAM,” pungkasnya.