Bandung – Pondok Pesantren Siber Bandung menggelar kegiatan Webinar Kajian Tematik Pondok Siber dengan Tema “Mengungkap Tren Peretasan dan Kejahatan Siber di Indonesia” melalui aplikasi zoom dan youtube. Turut hadir narasumber dalam kegiatan tersebut adalah Brigjen Bondan Widiawan dari Badan Siber dan Sandi Negara perwakilan BSSN, dan Iwan Sumantri selaku Pemimpin Pondok Pesantren Siber Bandung.
Brigjen Bondan yang merupakan Direktur Badan Informasi, Investigasi dan Forensik Digital di BSSN ini mengapresiasi kegiatan webinar kali ini sebagai upaya pencerahan kepada masyarakat agar tetap antisipasi dengan kejahatan siber. Kata dia, semua pihak juga bisa melihat dan mengambil sebuah pelajaran dari topik yang cukup menarik ini.
“Saya banyak belajar dari Pak Iwan, semoga saja kita semua bisa mengikuti kajian kali ini,” ungkap Brigjen Bondan yang mengaku juga kerap kalaborasi, Sabtu (24/4/2021).
Sementara itu Iwan Sumantri yang juga sebagai Ketua NCSD menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungannya dari berbagai lembaga Kementerian mulai dari BSSN, Kemhan, Satuan Siber dan Pusansian. Dan memuji kalaborasi antara Polri dengan berbagai pihak. Vice Chairman CSIRT.ID mengaku setiap tahunnya selalu terjadi peningkatan serangan siber. Di tahun 2020, tren serangan siber Nasional didominasi serangan ditujukan ke infrastruktur dan layanan milik Pemerintah.
“Serangan tersebut dalam bentuk Malware. Ancaman ke perangkat pribadi dominan dalam bentuk phising disertai Malware,” ujar Iwan.
Seiring dengan perkembangan teknologi digital, kata dia, kejahatan siber yang bermotif finansial banyak menargetkan pada aplikasi e-commerce, investasi, dan sistem pemrosesan data keuangan online. Ancaman kejahatan siber sektor finansial menjadi paling berbahaya karena dampaknya langsung mengakibatkan kerugian finansial bagi para korban. Oleh karena itu, semua pihak agar bisa mengantisipasinya dengan melakukan beberapa cara pencegahan dengan keamanan digital pribadi.
Pertama, perketat email, keamanan akun medsos, sim swap fraud, dan keamanan smartphone.
Selain finansial dan digital economy, dia juga menyebutkan sektor target serangan siber lainnya seperti Government, Education, dan Industry. Pada serangan Government ada web defacement, malware attack, ddos dan phising. Untuk education ada web deface, malware attack dan bruteforce. Sedangkan industry serangan sibernya adalah malware attack, phising, dan bruteforce.
Kendati demikian, dia kembali memberikan kiat-kiat dalam tindakan pencegahan kebocoran data lembaga diantaranya adalah budaya keamanan, mengembangkan keamanan dara dan update, invest perangkat lunak keamanan, perbaharui regulasi, menerapkan mekanisme pelaporan dan pelatihan keamanan data.
“Untuk tindakan pencegahan kebocoran data pribadi yakni jangan sembarangan share password maupun PIN, gunakan 2FA, jangan publish data pribadi, gunakan dan upadate antivirus, dan logout setelah menggunakan,” tukasnya.