Jawa Barat – Ikatan Santri Mahasiswa Indramayu (ISMI) pimpinan Imam Purwanto Oktovian menggelar Diskusi Kebangsaan“Mewaspadai Doktrin Radikal Melalui Lembaga Pendidikan” yang diselenggarakan oleh Ikatan Santri Mahasiswa Indramayu (ISMI) di lembaga pendidikan Ar-Rasyid Desa Bugis, Kecamatan Anjatan, Kabupaten Indramayu, Sabtu (3/6/2023).
Diskusi tersebut diselengarakan guna menyikapi kontroversi yang dilakukan Panji Gumilang selaku pimpinan Ponpes Al-Zaytun dengan mengundang narasumber Eks.Pimpinan NII Jawa Barat, Sutisna, Eks.Panglima NII Jawa Barat, Asep Margono, Pengurus Lembaga Batsul Masail NU Jawa Barat, serta Ketua Ismi, Imam Purwanto Oktovian.
Diskusi kebangsaan itu dihadiri oleh berbagai kalangan dari beberapa Ormas Islam, Santri maupun Organisasi Kepemudaan dari berbagai wilayah di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Eks.Pimpinan NII Jawa Barat, Sutisna selaku pemateri pertama mengatakanmenjadi salah satu saksi hidup awal mula berdirinya Ponpes Al Zaytun Indramayu dan juga beberapa penyimpangan yang terjadi.
Sutisna mengaku, sudah aktif dalam pembangunan Ponpes yang dipimpin Panji Gumilang itu sejak tahun 1990 lalu. Kemudian di tahun 2006, ia memutuskan untuk keluar karena adanya sejumlah penyimpangan yang menurutnya salah.
Ia tidak menampik, saat masih tergabung dengan Panji Gumilang sejumlah penyimpangan juga sudah terjadi. Di Ponpes Al Zaytun, kata dia, belum mewajibkan salat sebagaimana umat Islam pada umumnya.
“Menurut mereka, salat baru diwajibkan nanti setelah Negera Islam menang,” pungkas dia.
Pemateri kedua, yaitu Eks.Panglima NII Jawa Barat,Asep Margono mengungkapkan bahwa pada tahun 1996 terjadi peralihan pimpinan Imam Negara Islam Indonesia (NII) dari Adah Jaelani kepada Panji Gumilang dalam acara Musyawarah Nasional di wilayah Subang Jawa Barat.
“Dan disaksikan langsung oleh para Tokoh Politik Islam, Dan dia juga ada disitu.“ ungkap dia.
Dan sampai saat ini belum ada peralihan kepemimpinan Imam NII dari Panji Gumilang.
“Jadi kalau ada yang bertanya apakah Panji Gumilang itu NII, Saya tegaskan Ya, Panji Gumilang 100 % NII.” tegasnya.
Kami bersama rekan-rekan yang sudah keluar dari NII sepakat akan menghancurkan Panji Gumilang dan NII KW-9.“ ungkap dia.
Pada tahun 2008 Dia bersama rekan-rekannya serta bekerjasama dengan aparat kepolisian telah menangkap sekitar 50 orang anggota kelompok NII di wilayah Jawa Barat.
“Hal tersebut bisa memutus dana yang masuk kepada Panji Gumilang sekitar 3 miliar.” ungkapnya.
Dia tidak mau Bangsa ini dikacaukan oleh orang yang memiliki pemahaman Islam yang salah, dalam gerakan NII tidak hanya banyak terjadi penyimpangan, namun juga banyak generasi muda menjadi korban.
“Bahkan saat itu banyak perempuan yang menjual diri karena harus mengumpulkan uang dengan mengatasnamakan perjuangan, “pungkasnya.
Adapun pemateri ketiga, yaitu Ustadz Alif Yuafi, selaku perwakilan lembaga Ba’tsul Masail Nu Jawa Barat menyampaikan bahwa berdasarkan beberapa kajian yang dilakukan menyepakati bahwa Panji Gumilang sesat, meskipun materi yang kami kaji masih berupa isu yang ada di media saat ini dan haram hukumnya memasukkan anak-anaknya ke Ponpes Al-Zaytun.
“Pimpinannya saja sudah sesat apalagi pengajarannya” tutur dia.
Ustadz Alif juga mengajak masyarakat untuk bisa berbuat jika melihat sebuah kemungkaran seperti yang dilakukan oleh Panji Gumilang.
“Minimal kita tidak ridho dengan kemungkaran itu,“ pungkasnya.
Adapun pemateri keempat, yaitu Imam Purwanto Oktovian selaku Ketua ISMI meminta kepada Stakeholder terkait untuk segera menyikapi berbagai kontroversi yang dilakukan oleh Panji Gumilang dan mengajak kepada seluruh Tokoh Agama maupun Ormas Islam untuk memberikan edukasi masyarakat terkait pentingnya moderasi beragama.
“Hal ini guna membentengi masyarakat khususnya dikalangan remaja agar tidak menjadi korban dari faham-faham radikal,” pungkasnya.