JAKARTA – Peran generasi milenial dinilai sangat penting untuk menangkal paham radikalisme dan terorisme di era revolusi 4.0 saat ini.
Dir Pencegahan BNPT RI Brigjen Ahmad Nurwakhid menyebutkan saat ini banyak kalangan pemuda yang tepapar dari media sosial dan dunia maya dan hal ini menjadi PR bersama untuk memeranginya.
“Segenap komponen masyarakat harus ikut berkontribusi dalam upaya pencegahan. Dalam hal kami juga membentuk lembaga FKPT Forum Kordinasi Pencegahan Terorisme yang ada di 32 provinsi yang bertugas melakukan upaya-upaya pencegahan paham radikalisme dan terorisme,” kata Brigjen Ahmad.
Hal itu mengemuka dalam Webinar Kebangsaan yang diinisiasi PB SERAMBI bertema “Peran Generasi Muda Dalam Upaya Menangkal Faham Radikalisme dan Terorisme”, hari ini.
Dijelaskannya, pemikiran atau pemahaman radikalisme adalah keinginan merebut atau mengganti pemerintahan yang sah, dan mengganti sistem dan dasar negara yaitu Pancasila dengan ideologi lain seperti Khilafah,
komunis, dll.
“Seorang yang terpapar radikalisme biasanya bersifat melawan pemerintahan sah, ekslusif, intoleransi, dengan tidak menghormati perbedaan, mengkafirkan orang lain, juga orang yang terpapar
radikalisme biasanya melakukan tindakan teror, extrimis, memberontak hingga makar,” sebutnya.
Dikatakannya, jenis radikal terorisme diantaranya kelompok agama beraliran keras, kelompok yang ingin memisahkan diri dari NKRI, jaringan teroris narkoba, adapun faktor pemicunya antara lain politisasi agama, ketidak puasan, kebencian, kesenjangan sosial, kemiskinan, kebodohan, pemerintahan dan hukum yang lemah.
“Putus kaderisasi dan penyebaran paham radikal, melakukan screening ketat dan efektif terhadap personil, perusahaan maupun instansi, ASN, guru/dosen maupun siswa/mahasiswa, dan media propaganda radikalisme terorisme, serta putus logistic dengan selektif dalam pemberian sumbangan sosial,” bebernya.
Sementara itu, ASN Milenial BPIP Amos Sury’el Tauruy mengatakan pembinaan Ideologi Pancasila dengan maksud untuk melaksanakan, menanamkan dan menjaga nilai-nilai Pancasila agar dapat ditegakkan dan dapat diterapkan oleh seluruh elemen bangsa disegala
bidang kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.
“Peranan pemuda dalam menangkal
radikalisme dan terorisme antara lain menggalang kesadaran bersama melawan radikalisme dan terorisme, memanfaatkan medsos melawan radikalisme dan terorisme serta membanjiri medsos dengan nilai-nilai Pancasila, memperkuat literasi terhadap nilai-nilai agama, kebangsaan dan global,” sebutnya.
Ditempat yang sama, Ketua DPD Bamus Betawi Jakarta Utara M. Ridwan menyatakan bahwa Betawi merupakan suku yang menerima semua perbedaan budaya serta latar belakang orang-orang
yang masuk ke Jakarta. Sifat yang tertanam di warga suku betawi sangatlah bertolerans baik dari kalangan pemuda hingga orang tua dan semua itu sudah teruji oleh waktu.
“Dalam menjaga keharmonisan tatanan kehidupan di wilayah DKI Jakarta semua warga masyarakat saling menghargai
dan menghormati antar semua suku yang ada di wilayah DKI Jakarta,” paparnya.
M. Ridwan melanjutkan perbedaan dan keragaman yang ada memang sudah seharusnya disikapi dengan kearifan local dan kesantunan sikap sesuai dengan adat budaya ketimuran.
Sekretaris Umum Masika-ICMI DKI Jakarta Abdul Malik mengemukakan kaum milenial muda melawan terorisme, menurut sosiolog Islam Ali Syariati konflik awal manusia yakni konflik Habil (Baik) dan Khabil (Jahat) konflik dipicu Khabil ingin menguasai tanah, diferensiasi yakni kemampuan akal/pikiran untuk membedakan antara beragam pendapat yang berbeda, integrase yakni kemampuan akal/pikiran untuk menemukan persamaan dan beragam pendapat yang berbeda.
“Derajat diferensiasi hanya dapat dikembangkan jika seseorang atau sekelompok orang melakukan kegiatan kegiatan literasi, kegiatan literasi yang dimaksud adalah membaca suatu masalah secara holistic dari akarnya dengan membaca beragam pendapat yang ada,” tambah Abdul Malik.
Dalam kesempatan yang sama, Ketum Permindo Putri Khairunnisa mengatakan bahwa terorisme banyak muncul dari kalangan intelektual muda, karena respon dari kekuatan militer bukan agama.
“Pemuda harus turut berpartisipasi aktif serta mendukung upaya pemerintah dalam mencengah dan meredam perkembangan terorisme dan radikalisme. Serta harus mendukung upaya aparat penegak hukum dalam mengatasi paham radikalisme dan terorisme karena kaum muda adalah yang paling rentan terpapar dari paham radikalisme tersebut,” pungkasnya.